Ieu Conto Salah Sahiji Kasusastraan Sunda...
PUPUJIAN
1 .
Pengertian
Pupujian
Pupujian yaitu puisi yang isinya mengenai puja-puji, doa, nasihat, dan
ajaran yang dijiwai oleh ajaran Islam. Jenis karya sastra ini pada awalnya
hidup di lingkungan pesantren dan tempat-tempat pengajian yang memiliki
hubungan erat dengan ajaran Islam. Munculnya pondok pesantren pun sejalan
dengan masuknya agama Islam ke Jawa Barat. Pada periode awal masa penyebaran
agama Islam, para ulama atau kiyai mempergunakan berbagai cara untuk menarik
orang memasuki dan mempelajari agama Islam. Hal demikian itu sebagaimana
dilakukan Sunan Kali Jaga ketika memasukkan ajaran Islam ke dalam seni wayang.
Di Jawa Barat untuk cara seperti itu, selain merupakan lembaga tempat lahirnya
kegiatan-kegiatan kesenian, seperti seni pencak, seni suara, dan seni sastra, termasuk
puisi pupujian.
Pupujian dalam bahasa
Sunda suka disebut juga nadoman, yaitu untaian kata-kata yang terikat
oleh padalisan (larik, baris) dan pada (bait). Kadang-kadang
istilah pupujian dibedakan dengan istilah nadoman. Pupujian diartikan sebagai
puisi yang isinya puja-puji kepada Allah, sedang nadoman diartikan sebagai
puisi yang isinya mengenai ajaran keagamaan. Menurut Rusyana (1971: 9) isi
pupujian itu terbagi menjadi enam golongan , yaitu :
1. Memuji keagungan Tuhan,
2. Sholawat kepada Rasulullah,
3. Doa dan taubat kepada
Allah,
4. Meminta safaat kepada
Rasulullah,
5. Menasehati umat agar
melakukan ibadat dan amal saleh serta menjauhi kemaksiatan,
6. Memberi pelajaran tentang agama, seperti keimanan,
rukun Islam, fikih, akhlak, tarikh, tafsir Alquran, dan sorof.
Selain itu ada pula isi pupujian yang tidak termasuk ke dalam enam
kategori tersebut karena isinya berupa mantra dan etika dalam pergaulan.
Sebagai contoh, pupujian cara melawat orang sakit, cara menulis surat, sikap
yang baik terhadap pemerintah, dan cara bertamu. Puisi pupujian hidup di
lingkungan pesantren dan tempat mengaji yang ada hubungannya dengan ajaran
Islam. Lahirnya bersamaan dengan masuk serta menyebarnya agama Islam di Jawa
Barat, kira-kira pada tahun 1580, setelah Kerajaan Pajajaran runtuh, terus
tunduk kepada kerajaan Islam. Adapun puisi pupujian yang tumbuh dan berkembang
di pusat-pusat penyebaran agama Islam tersebut merupakan salah satu media
pendidikan pengajaran agama, dan ajaran kesusilaan yang sesuai dengan ajaran
Islam.
Dilihat dari segi fungsinya, puisi pupujian itu memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial Rusyana, 1971: 7). Fungsi
sosial puisi pupujian sangat menonjol dibandingkan dengan fungsi ekspresi
pribadi. Puisi pupujian dipakai untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan
tingkah laku manusia, selain digunakan untuk menyampaikan berbagai ajaran
agama. Sebagai media pendidikan, puisi pupujian disampaikan dengan cara
dinyanyikan yang dihafalkan di luar kepala. Dengan cara seperti itu, anak didik
dan masyarakat akan tergugah dan mempunyai keinginan untuk mengikuti nasihat
serta ajaran agama yang dikumandangkan melalui puisi pupujian itu. Rekan-rekan
Guru yang mencintai sastra daerah! Dahulu pada masa-masa sebelum Perang Dunia
II, puisi pupujian sering dikumandangkan di lingkungan pesantren dan madrasah,
mesjid, langgar, ataupun tempat-tempat pengajian lainnya.
Puisi pupujian ini dialunkan pada saat-saat menjelang salat subuh,
magrib, dan isya. Pada masa sekarang ini frekuensi pemakaian puisi pupujian di
tempat-tempat tersebut itu sudah agak berkurang, sekalipun masih ada, tetapi
fungsinya sudah berubah. Kalau sebelumnya diutamakan menjadi media pendidikan,
sekarang menjadi salah satu ajang kegiatan kesenian yang bersifat seremonial
saja. Misalnya hanya dipakai pada acara kesenian dalam kegaiatan memperingati
Maulud Nabi, Rajaban, musabaqoh tilawatil Quran, atau intihan. Akan tetapi di
madrasah-madrasah, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil, puisi pupujian ini
masih tetap berfungsi sebagai media pendidikan untuk mempermudah penyampaian
ajaran agama Islam kepada anak-anak. Ada indikasi bahwa berkurangnya pemakaian
puisi pupujian itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan agama
masyarakat sekarang sudah jauh lebih tinggi daripada ajaran-ajaran agama yang
tertuang dalam puisi pupuian. Selain itu, buku-buku tentang ajaran agama Islam
sekarang telah banyak beredar dan mudah diperoleh. Mungkin juga karena pengaruh
kebudayaan modern, sehingga masyarakat sekarang menganggap bahwa lagu dan
ajaran Islam dalam puisi pupujian sudah kurang relevan dengan tuntutan
perkembangan zaman, terutama ajaran adab dan sopan santun.
2. Bentuk dan Isi Puisi Pupujian
Puisi pupujian itu berbentuk syair
yang di dalam khazanah sastra Sunda disebut juga siiran. Sebagaimana
Anda ketahui di dalam sastra Indonesia, syair adalah bentuk puisi Melayu,
pengaruh sastra Arab yang setiap baitnya terdiri atas empat baris. Tiap baris
terdiri atas sembilan sampai empat belas suku kata, dan bersajak a – a – a – a.
Syair berisi cerita, hikayat, dan nasihat yang terakit dalam sebuah karangan
panjang, teridiri dari puluhun sampai ratusan bait. Di dalam sastra Sunda,
puisi pupujian ini tidak persis sama jumlah suku katanya seperti dalam syair
sastra Melayu, tetapi lebih sering bersuku kata delapan.
Persajakannya pun tidak selalu
harus a- a-a-a, kadang-kadang bersajak a – a- b- b; a-a-b-a; a-a-b-c, a-b-a-b;
a-b-a-a; a-a-a-b; a-b-b-b; a-b-c-a; a-b-c-c; a-b-b-c; a-b-a-c; dan a-b-c-b.
Mengapa bentuk persajakannya demikian? Menurut Rusyana (1971: 15), hal itu
terjadi karena pengaruh bentuk persajakan puisi Sunda yang telah ada sebelum
bentuk syair masuk. Misalnya bentuk puisi Sunda papantunan, mantra-mantra,
sisindiran, dan kawih (lagu). Tiap baris dari semua bentuk puisi itu
a-a-a-a atau a-b-a-b pada sisindiran, sedangkan sajak akhir mantra dan
kawih umumnya bebas. Selanjutnya, Rusyana (1971: 19) menggolongkan
bentuk puisi pupujian ini ke dalam tujuh bentuk puisi, yaitu syair, kantetan
opat (empat seuntai), paparikan (pantun), kantetan dua (dua
seuntai), kantetan genep (enam seuntai), kantetan salapan (sembilan
seuntai), dan kantetan robah (untaian tak tentu).
BERIKUT
INI ADALAH BEBERAPA CONTOH BENTUK PUISI PUPUJIAN
A.
Bentuk dua seuntai
Qolielun Qolielun ‘umruna fie daarid dunya
1. Eling-eling ka
jalma nu sok sarolat
geuwat-geuwat masing gancang ka musholla
2. Supaya meunang
darajatna berjamaah
berjamaah anu tujuh likur tea
3. Arapalkeun ku
sadaya umat Islam
arapalkeun ku sadaya umat Islam
Terjemahan
Qolielun
1. Wahai orang yang suka salat
cepat-cepatlah ke musala
2. Agar mendapat pahala berjamaah
berjamaah
yang berjumlah dua puluh tujuh
3. Hapalkanlah oleh semua umat Islam
hapalkanlah
oleh semua umat Islam
B. Bentuk empat seuntai
Allah Anu Mahaakbar
1. Allah anu Maha akbar
Nu
rohmatna Mahajembar
Nu Mahawelas ngaganjar
Ka
jalma nu to’at sabar
2. Bumi langit jeung
eusina
Allah anu ngadamelna
Miara
ngurus mahlukna
Ngatur
hirup jeung rijkina
3. Sim abdi muji ka
Allah
Resep jeung isin ku Allah
Neda
pitulung ka Allah
Ngaharep
rohmat ti Allah
Terjemahan
Allah Yang Mahabesar
1. Tuhan yang Mahabesar
Besar dengan segala rohmatnya
Maha
Pengasih dalam memberi ganjaran
Kepada orang yang taat sabar
2. Bumi langit beserta
isinya
Tuhan
jugalah yang membuatnya
Memelihara dan mengurus semua mahluknya
Mengatur kehidupan dan penghidupannya
3. Hamba memuji kepada-Mu ya Tuhan
Cinta
dan segan pada-Mu ya Tuhan
Minta
pertolongan kepada-Mu jua ya Tuhan
Rokhmat dari-Mu aku harapkan
C. Bentuk lima seuntai
Kaum Muslimin
1. Hey dulur kaum muslimin
regepkeun ieu siiran
manawi tamba lumayan
malahmandar-malahmandar
janten jalan kabagjaan
2. Lamun aya waktu
lowong
Enggal eusi ulah lowong
Pilari elmu nu luhung
Ulah embung-ulag embung
Meungpeung
umur acan nungtung
Terjemahan
Kaum Muslimin
1. Wahai saudara kaum muslimin
perhatikanlah siiran ini
barangkali ada faedahnya
agar supaya agar supaya
menjadi jalan kebahagiaan
2. Bila ada waktu senggang
isilah
jangan sampai kosong
carilah
ilmu utama
jangan
segan jangan segan
selagi umur belum berakhir
D. Bentuk delapan seuntai
Solawat Udzma
1. Lumpat sakabeh
jalma
muruna ka Kangjeng Nabi
nyungkeun tulung jeung sapaat
Kangjeng Nabi teras nangis
sujud
ka Nu Mahaagung
nyuhunkeun
sapaat Gusti
Gusti Allah te kawan
Komentar
Posting Komentar